Hasil Pengumuman Juara Lomba Puisi HMP PGMI STAI AL ANWAR

JUARA I


Hijauku dalam Risaumu

Oleh : Arina Ma Yanfa’una


Bangku, buku dan sekolah.

Tak ada yang berubah

Perihal yang kau sebut dengan lumrah.

Tentang belajar yang bahagia,

Kala itu.


Bangku, buku dan sekolah.

Sering kutatap.. kau mengajar  pilu di bangku itu.

Aku terbahak bersamanya di bangku ini.

Mereka dan bahkan kenangan itu nyaris utuh tersimpan dalam bangku-bangku.

Iya, kala itu. Sesak nafasmu, tersengal menahan pitam.

Tertahan oleh riuh yang berkawan dengan kalian dan aku.


Bangku, buku dan sekolah.

Tak terasa.. mata hampir berkarat.

Terpapar radiasi yang terjamu setiap saat.

Aku membaca sesekali,

Buku yang tak berwujud itu.

Lengkap, namun penat otak yg sesak.

sesaat aku mengingat, kertas lusuh yang kau bawa itu,

atau tumpukan buku usang yang hampir menjamur itu.

berat, namun kau bertahan membawanya selalu.

iya, sesekali aku kembali, kala itu.


Bangku, guru dan sekolah.

Kami memaknaimu candu,

Seperti hijau, warna yang kami rindu.

damai yang membakar pilu.

Iya, Bapak ..

Terlampau usang... perpisahan kita dulu.

dan nyaris lagi.. kau menua bersama waktu.


 Sedang aku,  terpontang-panting, kini.

Mencari kesederhanaan makna diri yang kau ambil.

terjatuh dan sempat terpilin 

Oleh tuntutan waktu yang makin meruncing.

Zaman yang memudar dan ambyar.

Seperti jiwaku dan mereka.

buntu dan basi.


keilmuan yang kami peroleh mendadak gelap tanpa ambisi.

sesekali terang, redup, dan mati.

aku mengingat beberapa sajak yang kau ucap dulu..

"hidup benar-benar tak semudah itu”

benar, meski aku nyaris sepertimu dan hampir menyamaimu.


hidup tak seringan yang aku rasa,

ikhlas tak semudah yang aku kira.

perjuangan ini melelahkan.

Dan aku hanya mampu memaknaimu dalam sesal untuk bertahan.


Terisak aku sembari mengucap:

“teruntuk yang nyaris lumpuh di pembaringan,

selamat hari guru, Bapak..

doa tangisku selalu mengenangmu, dengan sesal keabadian”


JUARA II

Aku Berjumpa Kembali

Yusfatu D.Az PGMI VF


Illahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi, a’thini mahabataka wa ma’arifataka

Rindu harus berujung temu

Separuh dari aku memaksa untuk segera menggelar temu

Separuh dari aku keras kepala yang tak suka bila harus menyerah


Akan kuberitahu

Dalam singkatnya malam

Jiwa ini selalu mendengar serangkaian nyanyian para perindu

Aku yakin, bukan hanya aku saja yang mendendangkannya, tetapi seluruh perindumu seolah memainkan musik sufi  yang menerpa setiap relung nafas bahkan setiap denyut kehidupan


Yaa Ilahi

Engkaulah Dzat petunjuk para musafir yang tersesat di padang pasir

Setiap hari aku mengadah dengan tangan kotor dan kain lusuhku yang aku anggap sebagai sutera

 Aku akan terus meminta kepada-Mu untuk selalu mempertemukanku dengan kekasih-Mu

 Beliau sang mutiara tersembunyi yang terus ku salami berapapun kekuatan arus dan badai gelombang menggulung tubuhku..


Dalam pusaran do’a aku merasakan nikmat-Mu

Setelah 5 bulan lalu terakhir bertemu

Hari ini hari guru, aku bertemu lagi dengan kekasih-Mu di malam hari

Duduk dengan kekhasannya di suatu majelis khusus, berbalut warna suci dan dihiasi senyum yang begitu indah

Aku memuaskan rindu penuh ta’dzim menatap dengan haru, mencium punggung tangannya, dan aku berusaha  membalikka telapak tangannya untuk kuciumnya

Berbalaslah kesudian beliau dengan mengelus ubunku


Bagaimana aku tidak sebahagia ini jika engkau masih sudi hadir di mimpi

Ya Illahi 

Melalui Kekasih-Mu puaskanlah kehausan rindu dalam ma’rifat yang penuh

Yai

Bimbing aku dalam ruang dimensi apapun bagai arang dengan apinya, bagai benang dengan kapasnya




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEKANISME LOMBA PUISI DAN CERPEN SEINDONESIA

DIMENSI KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN