KARYA TULIS ILMIAH MENJADI GURU BELAJAR UNTUK ANAK ZAMAN NOW

 KARYA TULIS ILMIAH


MENJADI GURU BELAJAR

UNTUK ANAK ZAMAN NOW





Oleh:

Zakiyatun Nisa’ (2020.02.02.1597)

 

 

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ALANWAR SARANG REMBANG

2020






Menjadi Guru Belajar untuk Anak Zaman Now

Oleh: Zakiyatun Nisa


PENDAHULUAN

Latar Belakang 

      Guru dan belajar, dua kata yang jarang disandingkan, padahal guru belajar adalah esensial sebelum mencapai cita-cita. Tanpa cita-cita, sulit untuk memotivasi diri dan menjalani profesi. Cita-cita guru akan menentukan pencapaian cita-cita anak dan keseluruhan tujuan pendidikan di lembaga kecil maupun di lingkup kebangsaan.

      Guru yang mempunyai cita-cita atau harapan, maka akan terus belajar sebagai bentuk adaptasi diri untuk memenuhi kebutuhan muridnya yang hidup dan terus berkembang di zaman modern. Dimana teknologi menjadi bagian penting dalam mekanisme kehidupan sehari-hari. Maka hal ini sangat sesuai dengan maqolah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, ‘’Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya’’. Adapun dari maqolah tersebut, dapat kita maknai bahwa peranan guru yang sadar akan kebutuhannya untuk terus belajar dan menyesuaikan diri akan berdampak besar pada perkembangan muridnya. Semakin tinggi semangat guru untuk belajar, maka akan semakin tinggi pula semangat murid-murid mencapai cita-citanya.

      Guru mempunyai kebutuhan untuk belajar tidak hanya berhenti pada mengajar, karena dengan belajar guru dapat memahami apa yang dimaknai sebagai standard dan praktik yang baik, dalam konteksnya. Proses sirkular: mendapat inspirasi, memikirkan solusi, menghasilkan solusi, menghasilkan aksi, dan kemudian melakukan refleksi berkelanjutan. Hasil dari proses belajar guru tahu bagaimana dan kapan menggunakan strategi yang berbeda dan lebih efektif. Guru terus terdorong fleksibel berinovasi saat strategi rutin tidka berjalan.

      Rumusan Masalah

      Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji harus dirumuskan agar menjadi lebih fokus. Terdapat lima masalah dalam kajian ini.

Bagaimana Guru Belajar?

Apa ciri-ciri Anak Zaman Now?

Apa keterampilan yang dibutuhkan oleh Anak Zaman Now?

Bagaimana cara belajar Anak Zaman Now?


Tujuan 

      Tujuan menjadi target capaian dari pembahsan masalah yang telah ditentukan. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, terdapat lima tujuan dalam kajian ini.

Untuk mengetahui konsep Guru Belajar

Untuk mengetahui ciri-ciri Anak Zaman Now 

Untuk menjelaskan keterampilan yang dibutuhkan oleh Anak Zaman Now

Untuk menjelaskan cara belajar Anak Zaman Now


Manfaat

      Berdasarkan tujuan yang ada, terdapat dua manfaat dalam kajian ini. 


Secara Teoritis

      Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan cakrawala ilmu yang berkenaan dengaan perkembangan pendidikan untuk anak zaman now sebagai referensi yang berupa bacaan ilmiah.


Secara Praktis

      Makalah ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para mahasiswa dalam belajar.


PEMBAHASAN

Konsep Guru Belajar

      Guru belajar adalah guru yang memahami kebutuhannya sebagai seorang pendidik untuk terus mengembangkan diri dengan tanpa menunggu perintah atasannya. Tapi bergerak atas kesadaran dan kebutuhannya untuk belajar. Guru yang belajar adalah guru yang merdeka atas dirinya. Berkembang atas dirinya sendiri tanpa paksaan, iming-iming atau sogokan. Namun, atas tujuan yang dimiliki guru tersebut, sehingga menjadikan dirinya mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi apapun. 

      Guru merdeka belajar mempunyai komitmen pada tujuan yaitu guru yang paham kenapa perlu mengajar suatu materi dan kaitannya dengan aplikasi sehari-hari. Guru yang merdeka belajar itu selalu berusaha mandiri, selalu bergantung pada dirinya sendiri untuk mengatasi tantangan, tidak mudah menyerah menghadapi tantangan atau menyalahkan orang lain dan keadaan. Guru yang merdeka belajar itu reflektif, yaitu berani meminta umpan balik secara aktif dan menilai diri sendiri dengan objektif. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi rasa berdaya guru adalah pengalamannya sebagai murid, baik di masa lalu maupun di saat ini. Guru belajar juga membutuhkan lingkungan yang mendukung dirinya untuk merdeka dan berdaya. 

      Guru perlu paham terkait apa yang akan disampaikan ke muridnya karena guru yang akan menjadi fasilitator mengantarkan murid untuk menemukan pengetahuannya. Selain guru tahu akan tujuannya mengajar, guru juga perlu mengaitkan materi yang disampaikannya dalam kehidupan sehari-harinya, karena murid belajar bersama guru sebagai bekal kehidupannya tidak hanya sekedar untuk menuntaskan ujian dan mendapatkan nilai. Sebuah proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan akan lebih bermakna dan berkelanjutan dalam kehidupannya tidak hanya berhenti pada deretan angka yang tidak bersuara. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran dari Combs yang menyatakan bahwa apabila murid dapat mengaitkan bahan pelajaran dengan kehidupan mereka, itu berarti misi guru telah berhasil.  

      Guru yang berdaya tidak akan mudah menyerah dengan segala tantangan yang dihadapinya. Guru belajar seperti ini akan lebih memilih untuk mencari cara dalam menyelesaikan permasalahan tidak berkutat untuk mencari beribu alasan dan memilih menghindar dalam penyelesaian prmasalahn yang ada, bahkan cenderung akan menyalahkan semua pihak yang berkaitan dengan dirinya. 

      Guru yang bersedia untuk bercermin akan lebih memiliki kekayaan hati dan fikiran karena guru tersebut selalu terbuka untuk menerima masukan dari orang lain sebagai bahan perbaikan dirinya. Kemampuan melakukan refleksi, dapat digunakan sebagai penyeimbang diri bahwa, guru adalah manusia biasa yang tak luput dari sebuah kesalahan dan keterbatasan. Sehingga guru tidak terjebak oleh anggapan bahwa dirinya adalah dewa yang paling tahu di ruang kelas. Hanya apa yang dikatakan dan dilakukannya yang dipercaya dana akan ditirukan. Anggapan inilah yang akan menghambat seorang guru memercayai bahwa anak pun dapat menjadi sumber belajar bagi teman-temannya, bahkan bagi guru itu sendiri. Ada proses gagal dan keberhasilan yang mewarnai proses pembelajaran pada setiap individu. Padahal, kegagalan salah satu kesempatan berharga yang tersedia berlimpah dalam proses belajar tapi jarang sekali dimanfaatkan. Proses kebermaknaan dalam belajar seringkali dapat ditemukan pada tahap refleksi, kita dapat mengambil hikmah dari kejadian sebelumnya untuk diperbaiki pada proses belajar selanjutnya.

     Ciri-ciri Anak Zaman Now

Otonomi Mengelola Diri

Anak Zaman Now lebih fokus pada pencapaian kebutuhan diri daripada sekedar mengejar sesuatu, yang mana kepemilikan atau jabatan menjadi status sosial yang dibanggakan. Hal tersebut dapat kita temui pada generasi sebelumnya, yaitu semakin banyak kepemilikan benda atau semakin tinggi jabatan maka akan semakin terhormat orang tersebut. Anak Zaman Now lebih memprioritaskan pada pengelolaan diri dibandingkan kepemilikan. Disinilah peran guru untuk mendampingi proses pengelolaan diri agar tetap sesuai tujuan.

 Peka Terhadap Perubahan

Anak Zaman Now menjalani kehidupan yang relative lebih aman dibandingkan generasi sebelumnya. Perubahan yang terjadi tidak dimaknai sebagai ancaman, tapi lebih sebagai tantangan, sebagaimana tantangan dalam permainan daring (online) yang mereka mainka. Mereka cenderung optimis sehingga merasa mampu menghadapi tantangan. Lebih dari itu, mereka juga terdorong untuk mencari tantangan-tantangan baru. 

Mudah Mengalihkan Fokus

Anak Zaman Now cenderung lebih cepat merasa bosan jika menemukan suatu pembelajaran yang dianggapnya sudah tidak sesuai tantangan, maka anak dapat dengan mudah mencari suatu hal yang baru atau beralih mencari tantangan yang berbeda. Semisal; sedang ada kelas online menggunakan zoom, Gmeet, w.a, atau aplikasi lainnya, Anak Zaman Now didapati sesekali membuka instagram, facebook atau youtube untuk mengalihkan kebosanannya. Maka, dari itu, mereka bukan terpaku pada satu hal, tapi mudah mengalihkan fokus.

Kebutuhan Teman Bicara

Selain mereka cepat merasa bosan dan membutuhkan beragam tantangan, mereka juga membutuhkan teman bicara. Dulu mereka aka memlilih menulid di kertas atau di buku tulis semua perasaan yang mereka rasakan. Namun, sekarang mereka dapat mencurahkan segala sesuatunya melalui media sosial. Disinilah peran guru dapat hadir menemani sebagai kawan dan bertukar pikiran, berdiskusi bersama anak.


Keterampilan yang Dibutuhkan Anak Zaman Now

Berfikir Kritis

Kemampuan anak untuk mengolah informasi yang diterimanya lalu dianalisa sesuai dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Tantangan pada abad 21 bersifat unik dan tidak bisa diprediksi. Kalaupun ada tantangan yang berulang dan bisa diprediksi, maka tantangan tersebut akan dikerjakan oleh robot. Anak Zaman Now perlu belajar menghadapi tantangan yang sesuai zamnnya. Cara menghadapi tantangan yang unik dan tidak bisa diprediksi adalah dengan mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Mengacu pada hasil kerja P21, berfikir kritis didefinisikan sebagai kemampuan berpikir yang meliputi analisis system, analisis argument, membuat strategi berdasar hasil analisis dan mengevaluasi efektivitas suatu strategi/metode. 

Peran guru untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis pada anak adalah memfasilitasi agar pelajar terus menerus mencari informasi dan menyediakan ‘’jembatan’’ untuk mengaitkan informasi-informasi ini dengan situasi yang relevan dan dekat dengan kehidupan anak, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah.pada saat muird dapat melihat aplikasi topik yang dibicarakan dalam konteks yang berbeda, maka akan semakin kuat ‘’jembatan kognitif’’ yang terbangun.

Kreativitas

Pada abad 21, kreativitas bukanlah milik seorang tokoh ataupun milik sebuah lembaga besar. Kreativitas terdapat pada setiap anak. Kemampuan daya cipta melalui sebuah ide dan menghasilkan sebuah karya. Hal ini menjadi modal yang luar biasa untuak anak-anak zaman now. Itu terbukti sekarang dapat dengan mudah anak-anak mengasilkan banyak rupiah melalui konten kreatif yang mereka unggah di Youtube atau media sosial lainnya. Sehingga sebagai guru bisa menyikapi lebih luas dan memberikan ruang-ruang imajinasi untuk anak, ketika mungkin mereka mewarnai sebuah gambar gunung atau laut dengan warna ungu, merah dll. Bisa jadi dimulai dari situlah kreativitas anak muncul. Sikap guru, tanyakan dan gali proses lahirnya ide tersebut.

Komunikasi

Komunikasi antara murid dan guru sering terjadi, namun hanya sebatas prosedural ketentuan belajar dan mengajar di dalam kelas. Komunikasi tentang sapaan, empati dan senda gurau masih sedikit hal itu terjadi di ruang kelas. Semisal hal tersebut ada, biasanya terbangun karena ada pembahasan nilai yang jelak di kelas yang dilanjutkan menjadi gurauan, yang mungkin sebenarnya hal tersebut tidaklah lucu. Komunikasi untuk anak zaman now lebih dikuatkan untuk membangun motivasi diri dan hubungan yang lebih memanusiakan antara guru dan murid. Maka jika itu terbangun di ruang kelas, kita akan melihat anak-anak yang mampu mnegkomunikasikan ide dan karyanya, percaya diri dan lancar presentasi di depan banyak orang, pandai melihat titik temu untuk membuka percakapan, mendengar dan menerima masukan orang lain, serta meyakinkan orang lain untuk menggunakan karya atau layanannya. Komunikasi adalah kunci utama untuk penghargaan terhadap suatu karya.

Kolaborasi

Kemampuan menjalin hubungan atau berjejaring hanya akan dapat dilakukan oleh orang yang bersedia untuk berkolaborasi. Bekerjasama dengan semua pihak yang terkait dengan tujuan belajar dalam mengembangkan karya. Hal ini tentu akan sulit ditemukan jika kita masih memilih jalur kompetisi. Menumbuhkan daya saing antar murid satu dan lainnya. Alih-alih hal itu dapat membangkitkan semangat belajar anak, tapi justru banyak memicu kesenjangan antar murid. Sehingga anak akan cenderung menjadi baik untuk dirinya sendiri. Padahal menjadi baik bersama itu lebih sesuai dengan konteks hadis ‘’Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain’’. Merujuk pada artikel Alfie Kohn, analisis terhadap banyak riset (meta analisis) menunjukkan bahwa anak lebih efektif belajar dalam suasana kolaborasi dibandingkan dengan suasan kompetitif (Kohn,!987). Hasilnya, pelajar yang mempunyai kemampuan kolaborasi cenderung mempunyai capaian akademis yang lebih baik.


Cara Belajar Anak Zaman Now

Pada masa lalu, kebiasaan lama mengajar mungkin relevan dengan situasi zamannya. Sumber pengetahua terbatas sehingga guru bisa jadi sumber pengetahuan tungal bagi anak. Peralatan yang terbatas sehingga tidak memungkinkan anak-anak mencatat pelajaran penting. Tuntutan kebanyakan pekerjaan pun cenderung mekanis dan hanya membutuhkan kemampuan kognitif tingkat rendah (hafalan). Tapi, untuk zaman now, kebiasaan lama belajar perlu kita pikirkan ulang. Zaman telah berubah, tantangan pun berubah. Perubahan zaman telah dikenal Anak Zaman Now bahkan sebelum mereka masuk sekolah. Sebagian besar anak Zaman Now sudah mengakses perangkat digital sedari dini. Mereka bukan hanya pasif mendapatkan informasi, tapi juga aktif mencari informasi. Sedari kecil, orangtua dan guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan bagi anak. Tantangan pekerjaan yang akan dihadapi Anak Zaman Now pun sudah berubah. Pekerjaan berulang dan mekanis akan diserahkan pada robot. Maka, siapkan Anak Zaman Now dengan cara belajar yang berbeda agar siap menghadapi tantangan zamannya. Jangan sampai Anak Zaman Now kalah bersaing dengan para robot.

Cara Kerja Otak

(Adaptasi dari buku Brain Rules, karya John Medina)


Cara Kerja Otak

Cara Belajar yang Tidak Disarankan

Cara Belajar yang Disarankan


Otak berkembang seiring evolusi manusia yang membutuhkan pergerakan. Otak aktif ketika tubuh aktif.

Anak diminta duduk diam mendengarkan dan mencatat penjelasan. Aktivitas yang menuntut tubuh jadi pasif. Tubuh pasif, otak pasif.

Anak terlibat aktif dalam proses belajar. Aktif berdiskusi, melakukan percobaan, bergerak dan berganti posisi. Tubuh akti, otak aktif.


Otak manusia mengalami perkembangan yang dinamis. Puncak belajar otak adalah penalaran simbolis (logika dan bahasa)

Anak hanya diminta menghafal atau melakukan aktivitas kognitif tingkat rendah seperti menghafal dan menjawab soal-soal hafalan. Anak cukup belajar secara individual.

Bukan diminta menghafal, anak ditantang untuk memecahkan masalah dan menganalisisinya, kemudian mempresentasikan solusinya dalam berbagai kegiatan diskusi kelompok.


Setiap anak mempunyai susunan otak yang berbeda, sesuai dengan jumlah dan ragam pengalaman dan penalarannya.

Semua anak belajar materi yang sama dengan cara belajar yang seragam sepanjang waktu. Satu pengalaman belajar untuk semua anak. 

Setiap anak mendaptkan tantangan belajar sesuai kemampuannya dan mendapatkan kesempatan mencoba beragam cara belajar, Anak-anak mendapat pengalaman yang beragam.


Otak tidak memperhatikan hal-hal membosankan. Memperhatikan hal yang menyentuh emosi, memahami makna sebelum detail dan fokus pada satu perhatian. 

Anak mendengarkan ceramah lebih dari 10 menit tanpa mengetahui relevansi pembahasan dengan kehidupannya. Proses belajar yang langsung menjelaskan ke detail materi namun miskin sentuhan emosi.

Anak diajak untuk memahami makna pentingnya suatu materi pelajaran sebelum mempelajari detail materinya secara lebih jauh. Disamping itu, proses belajar disertai jeda dan variasi kegiatan.


Otak mengolah informasi yang diterimanya ke berbagai system dan melalui tahapan. Semakin kompleks mencerna informasi, semakin otak akan mengingatnya.

Anak diminta menghafal secara langsung, tanpa proses yang kompleks.

Proses belajar yang mengenalkan anak beraam cara yang kompleks untuk mencerna informasi, seperti menggunakan jembatan keleddai (ingat mejikuhibiniu) atau memberikan kisah yang memikat sebagai pengantar dan mengkaitkan pelajaran dengan pengalaman anak.


Otak akan melupakan informasi yang jarang digunakan.Semakin tidak digunakan, semakin cepat otak melupakan suatu informasi. 

Anak banyak mendapatkan informasi pengetahuan yang tidak bermakna bagi kehidupannya, sehingga apa yang mereka pelajari akan hilang selepas ujian.

Anak menyimpan pengetahuan yang bermakna sehingga dapat mengingatnya kembali saat dibutuhkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.


Otak mengalami ketegangan terus menerus. Tidur dan istirahat yang cukup membantu otak belajar.

Cara belajar dengan durasi yang lama dan tanpa fase tidur atau istirahat siang yang memadai.

Cara belajar yang memberi jeda danistirahat yang memadai pada anak.Anak bukan mesin yang bisa bekerja terus menerus.


Otak yang stres akan belajar denagn cara yang berbeda. Stres kronis melumpuhkan kemampuan belajar otak.

Cara belajar yang menempatkan anak pada situasi tertekan atau terancam. Ketika merasa tidak aman, anak tidak belajar.

Membangun suasana yang aman dan aman bagi anak.Memberi tantangan belajar sesuai tumbuh kembang anak.


Semakin beragam rangsangan belajar, otak semakin belajar.

 Anak hanya mendapat satu jenis rangsangan, yang biasanya dalam bentuk suara.

Anak terlibat dalam penagalaman yang memungkinkannya mendapat rangsangan belajar yang beragam, seperti penglihatan, bau, pendengaran, sentuhan dan  lainnya.


Informasi dari penglihatan lebih banyak mendapat perhatian otak.

Cara belajar yang menuntut mendengarkan .

Cara belajar yang mengaktifkan indera penglihatan anak,dengan beragam cara sesuai kondisi kelas: menonton film/video, membuat poster, atau membuat pertunjukan drama.


Otak laki-laki dan perempuan berbeda keunikannya. 

Cara belajar dengan mengelompokkan dengan gender yang sama

Cara belajar yang memfasilitasi anak belajar berkelompok dengan gender yang sama maupuan lintas gender.


Otak manusia adalah otak penjelajah belajar. Bayi merupakan model belajar. Dipandu rasa ingin tahu, bayi mengamati, menyusun hipotesis,eksperimen dan menyimpulkan.

Cara belajar yang menempatkan anak bersikap pasif menerima pengetahuan dari guru/orangtua

Cara belajar yang memancing rasa ingin tahu, memandu pengamatan, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen dan membuat kesimpulan. Anak menemukan sendiri pengetahuannya.


Adapun tabel tentang cara keja otak diatas dapat menjadi panduan guru dalam membersamai proses belajar yang menumbuhkan bagi murid bukan memaksakan. Harapannya empat keterampilan yang harus dimiliki oleh Anak Zaman Now dapat muncul dan berkembang sesuai dengan keberagamannya masing-masing.


      Kebutuhan dan kemampuan siswa menjadi acuan dalam proses belajar. Realitanya, hal tersebut sering terabaikan karena kebutuhan teknis administrasif. Pada akhirnya, pendidikan lebih mengacu pada target dengan mengabaikan anak sebagai subyek. Maka cara belajar yang mengacu pada kebutuhan dan kemampuan murid itu lebih manusiawi dan efektif. Dengan berbagai variasinya, cara belajar di sekolah dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu menanamkan dan menumbuhkan. Menanamkan adalah cara belajar yang menganggap anak sebagai kertas kosong atau lahan kososng yang ditanami berbagai penegtahuan dari orang dewasa. Menumbuhkan adalah cara belajar yang bisa tumbuh berkembang dengan mencerna sendiri berbagai pelajaran. 

Perbedaan menanamkan dan menumbuhkan dapat dipelajari ditabel berikut ini.

ASPEK

MENANAMKAN

MENUMBUHKAN


Analogi 

Anak

Anak adalah kertas kosong. Tugas pendidik menanamkan pengetahuan dalam diri anak

Anak adalah benih kehidupan. Tugas pendidik menstimulasi anak tumbuh berkembang


Tujuan Pengajaran

Mengajarkan materi pelajaran agar anak mencapai target belajar yang seringkali berupa capaian nilai

Memandu anak mengalami pengalaman belajar yang kaya dan bergam agar anak terstimulasi untuk berkembang


Motivasi

Belajar

Motivasi eksintrinsik: ingin hadiah, dapat nilai ujian bagus, takut dihukum atau dimarahi, ingin bintang/stiker, penghargaan/ reward, tendensi kompetisi

Motivasi intrinsik: rasa ingin tahu, kesenangan dalam proses belajar, minat terhadap isi pelajaran, ingin menjadi ahli, ingin membantu, tendensi kolaborasi


Sumber Pengetahuan

Buku teks tunggal yang ditentukan. Tidak boleh menggunakan buku atau sumber lain

Buku yang beragam,pengalaman sendiri, teman, guru dan masyarakat luas


Materi

Belajar

Standar untuk semua anak. Semua anak harus belajar hal yang sama

Paduan kebutuhan anak dan lingkungan. Anak bisa belajar aspek pelajaran yang berbeda


Proses

Belajar

Mendengarkan, menghafalkan, dan memahami. Anak mencatat isi buku pelajaran ke buku catatannya untuk dihafalkan dan dipahami.

Mengalami, menalar dan menyimpulkan. Anak mengalami beragam tantangan belajar untuk mendapatkan suatu kesimpulan.


Pekerjaan Rumah

Bahan bacaan atau latihan soal agar anak mengulang cara belajar yang sudah dilakukan di sekolah

Tugas belajar yang memfasilitasi anak menerapkan hasil belajar di konteks yang berbeda (di rumah) untuk memperkaya pengalaman belajar anak


Hasil 

Belajar

Lulus ujian standar dengan jawaban tunggal menjadi satu-satunya penilaian hasil belajar anak

Karya atau portofolio yang dinilai dengan kriteria tertentu. Ada beragam penilaian yang dilakukan berulang kali.


Cara belajar menanamkan bukan satu-satunya cara belajar. Adapula cara belajar yang menumbuhkan. Cara belajar menumbuhkan percaya bahwa pemahamn lebih penting dari hafalan. Pada pelajaran berhitung, anak-anak mengenali berbagai benda di sekitar dan menghitung jumlahnya. Pada pelajaran membaca, anak-anak menentukan benda yang menarik, kemudian diperkenalkan dengan ejaan kata dari bemda tersebut.Anak mempelajari pelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Semakin relevan maka semakin anak terpapar pelajaran yang telah dipelajarinya. Bermula dari belajar benda konkrit menuju pelajaran yang lebih abstrak sesuai tahap perkembangan anak.

      Cara belajar menumbuhkan memberi kemungkinan lebih besar pada anak untuk mencapai tujuan-tujuan hidup yang lebih luas, tidak sekedar capaian akademis.


KESIMPULAN

      Penting bagi pendidik untuk berfikiran terbuka dan memahami bahwa setiap orang memiliki proses berfikir yang berbeda dan juga setiap orang memerlukan waktu yang berbeda untuk mengolah informasi. Jika kita ingin memahami perbedaan pelajar, maka kita harus berada di tengah-tengah perbedaan tersebut. Dengan keragaman kemampuan yang dimiliki oleh anak, maka sebagai pendidik perlu melakukan pengembangan diri dalam rangka memenuhi kompetensi dirinya secara komprehensif untuk optimalisasi pendampingan sebagai fasilitator proses belajar anak yaitu dengan belajar terus menerus dan melakukan pendekatan cara belajar pada murid berdasarkan cara kerja otak dan karakteristik menumbuhkan pengetahuan bukan menanamkan. Menumbuhkan semangat belajar pada murid bukan dengan ancaman dan sogokan melainkan dengan penguatan dan motivasi. Guru belajar adalah hal yang tidak mudah diperjuankan, tetapi secara jangka panjang paling efektif untuk perubahan pendidikan apabila kita percaya bahwa kekuatan perubahan yang tidak dipaksakan dari pusat. Sehingga kita bisa dengan mandiri melakukan perubahan itu. Menjadi guru belajar untuk anak zaman now adalah suatu hal yang tak terelakkan karena zaman terus berubah, maka kita sebagai pendidik harus siap dengan segala perubahan itu, membersamai proses pembelajaran yang lebih baik. Pembelajaran yang relevan, bermakna, berdampak dan berkelanjutan. Itulah bekal untuk genearsi penerus bangsa.   
















DAFTAR PUSTAKA

Shihab, Najeela, Diferensiasi Memahami Pelajar untuk Belajar Bermakna dan Menyenangkan, Literati, Tangerang Selatan, 2017

Shihab, Najeela, Merdeka Belajar Di Ruang Kelas, Literati, Tangerang Selatan, 2017

Shihab, Najeela, Semua Murid Semua Guru Berpihak kepada Anak, Literati, Tangerang Selatan, 2009

Setiawan, Bukik, dkk, Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now, Literati, Tangerang Selatan, 2018

Rejeki, Karuningtyas, dkk, Sekolah Apa Ini?, Insist Press, Jogjakarta, 2019


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEKANISME LOMBA PUISI DAN CERPEN SEINDONESIA

DIMENSI KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN